Peran Nahdlatul Ulama dalam Sejarah Islam Indonesia dan Peringatan 1 Abad NU
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan sejarah panjang yang penuh pengaruh bagi kehidupan umat Islam di tanah air. Didirikan pada tanggal 31 Januari 1926, NU lahir sebagai respons atas perbedaan ideologi dan arah politik dalam agama, baik di dalam negeri maupun di dunia Islam secara global. Organisasi ini berdiri atas inisiatif kaum tradisionalis yang berpegang teguh pada ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah, dengan tokoh-tokoh utama seperti K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahab Hasbullah.
Latar belakang pendirian NU tak lepas dari pengaruh dinamika reformasi Islam yang meluas saat itu. Para ulama tradisionalis merasa penting untuk menjaga tradisi Islam yang berakar kuat pada budaya lokal, sembari tetap mengamalkan ajaran Islam yang murni. Melalui kegiatan-kegiatan keagamaan seperti haul atau peringatan wafatnya seorang ulama, NU berhasil mempertahankan tradisi ini hingga sekarang. Perayaan haul tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga ajang mempererat hubungan antara masyarakat, ulama, dan santri.
Secara historis, NU didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 Hijriah, yang berdasarkan perhitungan kalender Masehi jatuh pada 31 Januari 1926. Dengan demikian, NU telah mencapai usianya yang ke-1 abad pada 16 Rajab 1444 Hijriah, atau bertepatan dengan tanggal 7 Februari 2023. Peringatan 1 abad ini menjadi momen penting bagi NU untuk merefleksikan perannya dalam perjalanan bangsa sekaligus meneguhkan komitmennya dalam menjaga nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin.
Sebagai bagian dari peringatan 1 abad NU, berbagai kegiatan digelar di seluruh penjuru tanah air. Salah satu contohnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh MI Empat Lima Kalen, sebuah lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Ma’arif 45 Kalen. Dalam rangka memperingati momen bersejarah ini, MI Empat Lima Kalen mengadakan pembacaan 1000 sholawat Nariyah yang diikuti oleh seluruh dewan guru dan siswa-siswi. Kegiatan ini dilaksanakan di halaman sekolah pada pukul 07.00 hingga 08.00 pagi.
Pembacaan sholawat Nariyah menjadi wujud syukur sekaligus doa untuk keberlangsungan NU dalam memberikan manfaat bagi umat. Selain itu, setelah pembacaan sholawat, siswa-siswi MI Empat Lima Kalen juga diajak untuk menggambar lambang Nahdlatul Ulama. Kegiatan menggambar ini bertujuan agar para siswa lebih memahami makna dan filosofi yang terkandung dalam lambang NU, yang melambangkan persatuan, perdamaian, dan kepemimpinan Islam yang kokoh.
Lambang NU sendiri memiliki makna mendalam, dengan unsur utama berupa bola dunia yang melambangkan keuniversalan Islam, tali yang melingkar sebagai simbol persatuan, dan sembilan bintang yang mencerminkan kewibawaan para ulama pendiri NU. Melalui kegiatan ini, diharapkan generasi muda dapat lebih mengenal dan mencintai NU, serta meneruskan perjuangan para ulama dalam menjaga keutuhan agama dan bangsa.
Peringatan 1 abad NU tidak hanya menjadi perayaan biasa, tetapi juga momentum untuk merefleksikan kontribusi besar NU dalam perjalanan sejarah Indonesia. Sejak awal berdirinya, NU telah menjadi garda terdepan dalam membela kepentingan umat, baik melalui perjuangan di bidang pendidikan, dakwah, maupun sosial. NU juga berperan aktif dalam menjaga kerukunan antarumat beragama, serta menjadi pilar penting dalam menegakkan nilai-nilai kebangsaan yang berlandaskan Pancasila.
Di usia yang ke-1 abad, NU diharapkan terus berinovasi tanpa meninggalkan akar tradisionalnya. Sebagai organisasi Islam yang inklusif, NU harus mampu menjawab tantangan zaman dengan tetap berpedoman pada ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah. Semangat para pendiri NU, seperti K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahab Hasbullah, harus terus menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menjaga harmoni antara agama, budaya, dan kebangsaan.
Melalui kegiatan seperti yang dilakukan oleh MI Empat Lima Kalen, nilai-nilai luhur NU terus ditanamkan kepada generasi penerus. Hal ini membuktikan bahwa NU tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga masa depan Islam dan Indonesia yang lebih baik. Dengan demikian, peringatan 1 abad NU bukan hanya sekadar seremonial, tetapi juga tonggak untuk melanjutkan perjuangan membangun peradaban Islam yang damai, inklusif, dan berkelanjutan.

0 Komentar